KAB.BOGOR, - Bertempat di ruang aula Komdik Gedung Poliklinik, Direktur Utama RSUD Cibinong Kabupaten Bogor, dr.Yukie Meistisia Anandaputri Satoto menggelar diskusi santai bersama para anggota komunitas Lupus (Odapus), Rabu (10/5/23).
Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Mei. Di hadapan para penyandang Lupus yang hadir, dr. Yukie menekankan bahwa saat ini RSUD Cibinong telah meningkatkan pelayanan bagi penyandang Lupus yang ada di Kabupaten Bogor sehingga penanganan tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta.
Dirinya juga menjelaskan, RSUD Cibinong siap mendukung para komunitas Lupus yang ada di Kabupaten Bogor dalam memberikan edukasi dan dukungan mental bagi penyandang Lupus agar kuat menghadapi penyakit antoimu jangka panjang ini.
“Selama ini pasien Lupus itu pasti sudah terlayani oleh Rumah Sakit Cibinong, tetapi masing shopping dokter artinya dokter nya pindah-pindah atau tidak ada team komprehensif yang menangani, untuk itu kedepannya kita akan menyusun team komprehensif bersama yayasan atau komunitas Lupus di Kabupaten Bogor, ” terang dr. Yukie kepada media.
Para pasien Lupus kedepannya, kata dr. Yukie, bisa melakukan konsultasi melalui telemedicine atau secara online dan tidak perlu datang langsung ke Rumah Sakit Cibinong selalu.
Sementara itu, dr.Vikie Nouvrisia, Spek (Spesialis Gizi Klinik) menambahkan, penyakit Lupus pada dasar nya adalah penyakit autoimun dimana sel-sel imun/imunitas menyerang tubuh sendiri. Faktor mengonsumsi beberapa makanan tertentu oleh penderita Lupus merupakan salah satu pemicu timbulnya gejala.
“Ada berbagai faktor penyebab timbulnya gejala Lupus pada seseorang, bisa dari faktor turunan/ genetik dan lingkungan, jadi pada prinsip nya ada reaksi pada tubuh kita yang menyebabkan tubuh kita sendiri itu melawan tubuh nya sendiri makanya disebut autoimun oleh sebab itu menyebabkan terjadi nya gejala klinis yang nampak, ” jelas dr. Vikie.
Penyakit Lupus ini menurut dr.Vikie bisa mengenai berbagai organ tubuh seperti pada kulit, jantung dan ginjal dan sebagainya. Namun kata dokter ahli gizi ini mengatakan bahwa Lupus ini bukan berasal dari virus berbeda dengan penyakit hepatitis.
“Pencegahan dini dengan menjaga pola makan sehat dengan mengurangi berbagai makanan olahan, kemasan yang tentunya banyak mengandung bahan-bahan olahan tambahan, olah raga teratur serta istirahat yang cukup dan mengendalikan stres merupakan langkah utama yang harus dilakukan agar terhindar dari gejala penyakit termasuk Lupus, ” himbau dr. Vikie.
Dilansir dari halaman p2ptm.kemkes.go.id, Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit inflamasi autoimun kronik, dengan etiologi yang belum diketahui. Manifestasi klinik, perjalanan penyakit dan prognosis penyakit LES sangat beragam.
Sistem kekebalan tubuh pada penyakit ini akan mengalami kehilangan kemampuan tubuh untuk melihat perbedaan antara substansi asing dengan sel dab jaringan tubuh sendiri.
Pada penyakit LES terjadi produksi antibodi yang berlebihan namun tidak menyerang kuman atau antigen tetapi menyerang sistim kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Antibodi seperti ini disebut “auto-antibodi” yang bereaksi dengan antigen “sendiri” membentuk kompleks imun. Kompleks imun yang terdapat dalam jaringan akan mengakibatkan terjadinya peradangan dan kerusakan pada jaringan.
Manifestasi Penyakit LES sangat luas, meliputi keterlibatan kulit dan mukosa, sendi, darah, jantung, paru, ginjal, susunan saraf pusat dan sistem imun. Oleh karena itu manifestasi penyakit LES sangat beragam dengan perjalanan penyakit yang bervariasi dan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga memerlukan pengobatan yang lama dan seumur hidup. Untuk itu diperlukan pengenalan dini serta penatalaksanaan yang tepat.
Penyakit LES sering dijuluki dengan istilah “great imitator” (peniru yang ulung)/ Penyakit Seribu Wajah mengingat manifestasinya yang beragam. Gejala Penyakit LES dapat terjadi dari ringan sampai berat. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi dengan angka kematian yang cukup tinggi.
- MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT LES
Penyakit LES terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi pada usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, infeksi, paparan zat kimia). Akibat kombinasi hal-hal tersebut sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan reaksi imunologi ini akan menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibodi ini juga berperan dalam pembentukan kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun sistemik dengan kerusakan multiorgan.
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh untuk melawan infeksi. Pada penyakit LES dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan antigen dari tubuh sendiri. Antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga dapat terjadi kerusakan organ.